Senin, 20 Oktober 2014

Dosa yang tidak disadari



     KUSADARI KINI KU JAUH DARI KASIH-MU
     KUAKUI SEGALA DOSA DAN SALAHKU
     INI AKU DATANG PADA-MU, AMPUNIKU
          DAN KAU ANGKATKU, LUPAKAN DOSAKU
          KAU JADIKANKU SAHABAT KARIB-MU
          KAU PULIHKAN AKU, MENUNTUN LANGKAHKU
          KAU JADIKANKU KEKASIH YANG SANGAT BERHARGA BAGI-MU

Syair di atas adalah sebuah lirik lagu yang berjudul “Berharga BagiMu”. Beberapa hari yang lalu saya mendengarkan lagu ini, dan saya merasa tersentuh dengan lirik lagu ini. Dalam lagu ini dinyanyikan bahwa kita baru menyadari bahwa kita jauh dari Tuhan dan banyak sekali dosa yang kita lakukan. Namun Tuhan tetap mau mengangkat kita dan menjadikan kita sahabat-Nya, sebab kita berharga bagi Dia.

Seringkali kita mengalami hal seperti itu, kita saat teduh setiap hari, berbuat baik pada orang lain, menyumbang fakir miskin, dan lain-lain. Kita merasa sudah melakukan banyak kehendak Tuhan, namun sebenarnya kita tidak sadar bahwa kita telah jauh dari kasih Tuhan.

Mazmur 19:13
Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.

Daud juga menyadari fenomena ini dalam kehidupan manusia. Daud memohon kepada Tuhan untuk menjauhkannya dari dosa dan kesalahan yang sering muncul saat kita tidak sadar. Manusia menmang hanyalah sekumpulan daging yang tidak mungkin bisa lepas sepenuhnya dari dosa, namun dengan pengetahuan dan bimbingan dari Tuhan, tentu dosa itu bisa kita lepas dari hidup kita.

Dosa yang tidak kita sadari secara perlahan akan menggerogoti hubungan kita dengan Tuhan, maka dari itu penting bagi kita untuk selalu waspada terhadap segala yang kita lakukan.

Kidung Agung 2:15
Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga!

Yakobus 1:15
Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.

Mintalah hikmat kepada Tuhan, maka hidup kita akan lebih dekat dengan kasih Tuhan. Hiduplah dengan mengandalkan Tuhan setiap waktu, dan selalu berusaha untuk menyenangkan hati Tuhan setiap kita mau bertindak. Selalu introspeksi diri setiap saat, maka itu akan membantu kita untuk menghindari dosa yang sering tidak kita sadari.


“Dosa sekecil apapun mendatangkan maut dan itu tidak disukai Tuhan.”

Rabu, 08 Oktober 2014

Tidak Perlu Bertengkar



Yakobus 4:1-10

Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu. Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah. Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!” Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita. Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.

Setiap hari selalu ada saja berita tentang pertengkaran atau perselisihan, dan tidak jarang kita juga terlibat dengan pertengkaran tersebut. Memang tidak selalu berupa pertengkaran yang besar, namun yang namanya pertengkaran, di mata Tuhan tetap sama.

Dalam bacaan Firman Tuhan di atas, disebutkan bahwa pertengkaran pasti berasal dari pemuasan hawa nafsu. Setiap orang yang egois akan hawa nafsu pribadi akan saling memperjuangkan kepuasannya sendiri-sendiri, sehingga menyebabkan terjadinya pertengkaran. Tidak hanya kepuasan pribadi, sekelompok orang yang memiliki kepentingan-kepentingan tertentu juga akan dapat memicu pertengkaran, bahkan dalam skala yang lebih besar, akan menimbulkan perang.

Tuhan tidak pernah mengajarkan pertengkaran dalam menyelesaikan setiap masalah, Tuhan selalu mengajarkan perdamaian, sebab dengan berdamai semua masalah akan ditemukan solusi yang terbaik bagi kedua belah pihak. Hawa nafsu memang egois dan mementingkan diri sendiri, tetapi percuma bila suatu masalah terselesaikan dengan cara yang tidak baik, sebab akan menimbulkan masalah-masalah berikutnya.

Pertengkaran membutuhkan harga yang mahal. Dalam peperangan khususnya, banyak nyawa yang menjadi korban. Memang kelompok yang menang akan bersorak-sorai, namun dibalik semua itu aka nada dukacita yang mendalam bagi orang-orang yang menjadi korban akan kemenangan itu. Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sama, pertengkaran akan membutuhkan harga yang mahal untuk dibayar. Persahabatan kita akan hancur, relasi ktia berkurang, bahkan nama baik kita juga dipertaruhkan.

Marilah hidup berdamai dan dengan rendah hati kita mengutamakan solusi bersama untuk menghadapi setiap masalah. Hawa nafsu tidak akan pernah menyeesaikan masalah, yang ada hanyalah membuat sederet masalah yang tidak akan pernah selesai.


“Tidak ada pihak yang benar dalam suatu pertengkaran, yang benar adalah pihak yang dengan rendah hati meminta maaf kepada pihak yang lain.”

Kamis, 02 Oktober 2014

Periksa Nada Bicara kita



Kolose 4:2-6
Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur. Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku dipenjarakan. Dengan demikian aku dapat menyatakannya, sebagaimana seharusnya. Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.

Kali ini kita akan membahas sedikit tentang bagaimana cara kita berbicara dalam kehidupan sehari-hari kita. Seringkali terdengar ungkapan “mulutmu harimaumu”, yang berarti bahwa mulut kita bisa mendatangkan celaka. Mulut dipercaya memiliki kuasa yang mampu mendatangkan hal-hal besar. Namun bila kita melihat sebaliknya, berarti mulut kita juga mampu menjadi berkat bagi orang lain. Dalam Kolose 4:6, Paulus menuliskan bahwa kata-kata kita haruslah penuh dengan kasih, sehingga tidak hambar, maka kita akan mengerti bagaimana cara berbincang-bincang yang baik dengan orang lain.

Mulut memang sering menjadi sumber dari segala masalah, khususnya nada bicara yang selalu menyebabkan banyaknya salah paham. Di suatu saat kita pasti akan mengucapkan kata-kata dengan nada-nada yang berbeda, tentu saja nada bicara itu akan dapat kita kontrol saat kita dalam keadaan tenang. Namun pada saat tertentu, kita biasanya akan keceplosan untuk berbicara dengan nada-nada yang tidak enak didengar. Hal ini seringkali membuat orang lain sakit hati, dan menilai diri kita beda dari keadaan kita yang seharusnya. Memang sepintas tidak menjadi masalah berarti bagi kita, tetapi bagaimana bila kita sebagai orang Kristen sering melakukan hal ini, tentu saja yang terkena masalah adalah nilai-nilai Kristen kita.

Terdapat sebuah ilustrasi mengenai seorang pemimpin perusahaan yang sedang memotivasi 2 orang karyawannya melalui SMS. Dalam pesan singkatnya, kurang lebih berbunyi  demikian, “Saat ini sudah akhir bulan, targetmu masih belum tercapai. Masih ada waktu, kamu masih bisa tambah orderan.” Karyawan pertama yang menerima pesan singkat ini merasa semakin tertekan, sebab saat itu dia merasa atasannya menagih targetnya. Namun berbeda dengan karyawan yang kedua. Justru karyawan kedua semakin termotivasi, sebab dia berpikir bahwa atasannya sedang memberi semangat kepada dirinya karena sudah hampir mencapai target.

Memang dalam ilustrasi tersebut sang pemimpin hanya berkata-kata melalui tulisan, sehingga tidak ada nada bicara yang terdengar oleh kedua orang karyawannya itu. Tetapi melalui hal ini kita dapat melihat bahwa keadaan orang lain bisa berbeda saat menerima berbagai ucapan dari mulut kita. Maka dari itu, sebagai orang Kristen, kita dituntut untuk menanggapi segala pembicaraan kita dengan penuh kasih, sehingga kita tidak salah saat memberi jawaban pada orang lain.

Sebagai orang Kristen, hendaklah kita memiliki cara berbicara yang berbeda dengan orang dunia, yaitu dengan adanya kasih dalam setiap ucapan kita. Memang tidak mudah, namun itu bisa kita lakukan, asal kita selalu sadar identitas diri kita sebagai anak Tuhan.


“Setiap ucapan yang keluar dari mulut kita selalu mencerminkan isi hati kita.”