Kamis, 16 April 2015

Mengemudi



Perjalanan dalam kehidupan dapat kita analogikan dengan kegiatan mengemudi.
  • Kemudi / setir harus kita kendalikan sendiri. Sebab saat banyak yang memegang kemudi kita, kehidupan kita akan kacau, bahkan tidak menutup kemungkinan akan menyebabkan kecelakaan.
  • Saat mengemudi, yang terpenting adalah melihat ke depan. Saat kita berjalan lurus, yang perlu kita lihat adalah ke arah yang kita tuju. Itulah sebabnya mengapa kaca di depan mobil kita memiliki ukuran yang lebih besar dibanding kaca yang lain.
  • Kaca spion selalu dibuat dengan ukuran kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak selamanya boleh melihat ke belakang. Spion hanyalah alat bantu agar kita dapat pindah lajur dan berbelok untuk menghadapi masalah yang ada di depan kita.
  • Walaupun spion sepertinya kecil dan tidak diperlukan, sebetulnya spion tetap merupakan hal yang penting. Melihat ke belakang atau masa lalu itu boleh, tapi hanya untuk referensi kita dalam menghadapi masa depan. Bahkan banyak kecelakaan terjadi karena banyak orang tidak melihat spion. Tetapi ingat, spion hanya untuk referensi, bukan untuk selamanya melihat ke belakang, fokus kita tetaplah masa depan.
  • Gas dan rem adalah instrumen penting dalam sebuah kendaraan. Sebab tidak ada gunanya mobil bila tidak bisa melaju, dan akan sangat berbahaya saat mobil yang terlalu cepat dalam melaju tidak bisa berhenti. Kehidupan juga seperti itu, dalam melaju ada saatnya kita butuh kecepatan penuh, tetapi itu akan membuat kita terjatuh dalam sifat individual dan ambisius. Dibutuhkan rem untuk menghentikan ambisi kita, dan lebih mempedulikan yang lain. Kecepatan penuh memang dapat mempercepat laju kita, tetapi juga sangat berbahaya.
  • Master brake / hand rem harus digunakan saat sedang parkir, apalagi bila tempat parkir kita bukanlah tempat datar. Ada saatnya kita harus berhenti di suatu titik dalam hidup kita, seperti menikmati posisi pekerjaan kita sekarang, menikmati masa-masa liburan, dan sebagainya. Hal ini menyenangkan, sebab seakan kita tidak perlu melakukan apa-apa, tetapi bila kita tidak memasang rem dalam kehidupan kita, bisa-bisa kita tidak hanya parkir, melainkan malah membuat kehidupan kita mundur dari tempat parkir kita. 
  • Rambu-rambu dan lampu lalu lintas selalu saja kita temui di setiap jalan. Semakin besar jalan raya itu, semakin banyak rambu-rambu lalu lintas. Mungkin kita sering merasa bahwa semakin dewasa ini, semakin banyak aturan-aturan yang tiba-tiba muncul dalam kehidupan kita. Itu tandanya bahwa kehidupan kita semakin berkembang. Tetapi tentu saja aturan-aturan itu dibuat bukan untuk membatasi laju kehidupan kita, melainkan untuk mengatur pola dan tingkat kehidupan kita.
Perjalanan memang selalu memiliki tantangan tersendiri, kadang hujan, kadang panas, kadang macet, bahkan mengantuk pun bisa menjadi halangan. Maka dari itu kita perlu sigap dan selalu siap dalam menyetir. Begitupun dengan menjalani kehidupan. Bersandarlah pada Tuhan setiap saat, sebab tantangan akan selalu muncul untuk menghalangi laju kehidupan kita.

Mazmur 121:7-8
TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Tersesat adalah hal yang biasa, tetapi mampukah kita 
menemukan kembali jalan yang benar?

Minggu, 12 April 2015

Perlukah alasan untuk menolong?



Pada saat saya kuliah, saya pernah diberi kesempatan untuk study tour ke suatu gedung perkantoran. Setelah selesai, saya berencana untuk kembali ke kampus bersama seorang teman. Saat sedang menuruni lift, kami berpapasan dengan seorang bapak yang tidak kami kenal. Bapak itu cukup ramah dan mengajak kami berbicara, dan dia menanyakan kami dari universitas mana, sebab kami saat itu memang sedang memakai jas almamater. Singkat cerita dia mengetahui kalau kami sedang menuju ke kampus, dan dia berniat untuk menumpang mobil saya, dan turun di halte yang akan kami lewati. Tanpa pikir panjang, saya perbolehkan bapak itu untuk menumpang. Kami pun berangkat, dan sampai di halte, bapak itu pun turun dan berterima kasih. Sesaat setelah bapak itu turun, teman saya dengan cepat memeriksa kursi belakang kami, dia mencari-cari sesuatu, dan akhirnya tidak menemukan apa-apa, dan teman saya berkata, "Hati-hati dengan orang seperti itu, yang ditakutkan itu kalau dia meninggalkan barang-barang yang berbahaya."

Memang dewasa ini jaman sudah berubah, semua orang memiliki sifat yang serba berhati-hati. Prasangka buruk terhadap orang lain selalu muncul hampir dalam pikiran kita. Justru saat kita terlalu baik terhadap seseorang, justru kita dianggap bodoh, dimanfaatkan, lugu, ceroboh, mudah ditipu, dan sebagainya. Ada orang yang berpendapat bahwa tidak semua orang patut ditolong, kadang justru ada orang yang berpura-pura untuk ditolong. Namun bila kita berpikiran seperti itu, lalu bagaimana saat ada orang yang benar-benar butuh ditolong, namun tidak kita tolong. Saat kita ingin berbakti sosial dengan menyumbang ke panti asuhan, biasanya kita mengajak teman-teman kita untuk bergabung, tetapi pasti selalu ada yang bilang, "panti asuhan itu sudah kaya, banyak yang menyumbang." Kalimat ini tentu sudah biasa dan tidak jarang kita dengar.

Kisah Para Rasul 4:32
Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.

Dalam kehidupan jemaat mula-mula, semua memiliki pemikiran bahwa mereka harus berbagi. Itulah wujud kasih yang ditampilkan pada cara hidup berjemaat yang pertama. Apakah saat itu tidak ada pemikiran yang negatif menanggapi hal tersebut? Tentu ada, sebab yang namanya manusia pasti akan memiliki sifat duniawi yang akan selalu menentang cara hidup yang benar. Namun dengan hidup berkelompok dengan komunitas yang baik, sifat duniawi tentu akan semakin mudah ditekan. Itulah yang seharusnya kita lakukan dalam kehidupan kita di jaman sekarang.

Memang dibutuhkan hikmat agar kita mampu mengerti apa yang baik dan yang benar, dan ini berlaku juga saat kita memberikan pertolongan kepada orang lain, siapakah yang butuh dan layak kita tolong. Tetapi percayalah bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia (1 Kor 15:58). Dalam setiap melakukan kegiatan, landaskanlah semuanya itu untuk Tuhan.

"Walaupun kita salah langkah, Tuhan mampu memakai kesalahan kita
menjadi berkat yang tidak terduga sehingga tidak akan ada hal yang sia-sia"