Kolose 4:2-6
Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil
mengucap syukur. Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk
pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang
karenanya aku dipenjarakan. Dengan demikian aku dapat menyatakannya,
sebagaimana seharusnya. Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar,
pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan
hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap
orang.
Kali ini kita akan membahas
sedikit tentang bagaimana cara kita berbicara dalam kehidupan sehari-hari kita.
Seringkali terdengar ungkapan “mulutmu harimaumu”, yang berarti bahwa mulut
kita bisa mendatangkan celaka. Mulut dipercaya memiliki kuasa yang mampu
mendatangkan hal-hal besar. Namun bila kita melihat sebaliknya, berarti mulut
kita juga mampu menjadi berkat bagi orang lain. Dalam Kolose 4:6, Paulus
menuliskan bahwa kata-kata kita haruslah penuh dengan kasih, sehingga tidak
hambar, maka kita akan mengerti bagaimana cara berbincang-bincang yang baik dengan
orang lain.
Mulut memang sering menjadi
sumber dari segala masalah, khususnya nada bicara yang selalu menyebabkan
banyaknya salah paham. Di suatu saat kita pasti akan mengucapkan kata-kata
dengan nada-nada yang berbeda, tentu saja nada bicara itu akan dapat kita kontrol
saat kita dalam keadaan tenang. Namun pada saat tertentu, kita biasanya akan
keceplosan untuk berbicara dengan nada-nada yang tidak enak didengar. Hal ini
seringkali membuat orang lain sakit hati, dan menilai diri kita beda dari
keadaan kita yang seharusnya. Memang sepintas tidak menjadi masalah berarti
bagi kita, tetapi bagaimana bila kita sebagai orang Kristen sering melakukan
hal ini, tentu saja yang terkena masalah adalah nilai-nilai Kristen kita.
Terdapat sebuah ilustrasi
mengenai seorang pemimpin perusahaan yang sedang memotivasi 2 orang karyawannya
melalui SMS. Dalam pesan singkatnya, kurang lebih berbunyi demikian, “Saat
ini sudah akhir bulan, targetmu masih belum tercapai. Masih ada waktu, kamu masih
bisa tambah orderan.” Karyawan pertama yang menerima pesan singkat ini
merasa semakin tertekan, sebab saat itu dia merasa atasannya menagih targetnya.
Namun berbeda dengan karyawan yang kedua. Justru karyawan kedua semakin
termotivasi, sebab dia berpikir bahwa atasannya sedang memberi semangat kepada
dirinya karena sudah hampir mencapai target.
Memang dalam ilustrasi tersebut
sang pemimpin hanya berkata-kata melalui tulisan, sehingga tidak ada nada
bicara yang terdengar oleh kedua orang karyawannya itu. Tetapi melalui hal ini
kita dapat melihat bahwa keadaan orang lain bisa berbeda saat menerima berbagai
ucapan dari mulut kita. Maka dari itu, sebagai orang Kristen, kita dituntut
untuk menanggapi segala pembicaraan kita dengan penuh kasih, sehingga kita tidak
salah saat memberi jawaban pada orang lain.
Sebagai orang Kristen, hendaklah
kita memiliki cara berbicara yang berbeda dengan orang dunia, yaitu dengan
adanya kasih dalam setiap ucapan kita. Memang tidak mudah, namun itu bisa kita
lakukan, asal kita selalu sadar identitas diri kita sebagai anak Tuhan.
“Setiap ucapan yang keluar dari
mulut kita selalu mencerminkan isi hati kita.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar