Kamis, 02 Oktober 2014

Periksa Nada Bicara kita



Kolose 4:2-6
Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur. Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku dipenjarakan. Dengan demikian aku dapat menyatakannya, sebagaimana seharusnya. Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.

Kali ini kita akan membahas sedikit tentang bagaimana cara kita berbicara dalam kehidupan sehari-hari kita. Seringkali terdengar ungkapan “mulutmu harimaumu”, yang berarti bahwa mulut kita bisa mendatangkan celaka. Mulut dipercaya memiliki kuasa yang mampu mendatangkan hal-hal besar. Namun bila kita melihat sebaliknya, berarti mulut kita juga mampu menjadi berkat bagi orang lain. Dalam Kolose 4:6, Paulus menuliskan bahwa kata-kata kita haruslah penuh dengan kasih, sehingga tidak hambar, maka kita akan mengerti bagaimana cara berbincang-bincang yang baik dengan orang lain.

Mulut memang sering menjadi sumber dari segala masalah, khususnya nada bicara yang selalu menyebabkan banyaknya salah paham. Di suatu saat kita pasti akan mengucapkan kata-kata dengan nada-nada yang berbeda, tentu saja nada bicara itu akan dapat kita kontrol saat kita dalam keadaan tenang. Namun pada saat tertentu, kita biasanya akan keceplosan untuk berbicara dengan nada-nada yang tidak enak didengar. Hal ini seringkali membuat orang lain sakit hati, dan menilai diri kita beda dari keadaan kita yang seharusnya. Memang sepintas tidak menjadi masalah berarti bagi kita, tetapi bagaimana bila kita sebagai orang Kristen sering melakukan hal ini, tentu saja yang terkena masalah adalah nilai-nilai Kristen kita.

Terdapat sebuah ilustrasi mengenai seorang pemimpin perusahaan yang sedang memotivasi 2 orang karyawannya melalui SMS. Dalam pesan singkatnya, kurang lebih berbunyi  demikian, “Saat ini sudah akhir bulan, targetmu masih belum tercapai. Masih ada waktu, kamu masih bisa tambah orderan.” Karyawan pertama yang menerima pesan singkat ini merasa semakin tertekan, sebab saat itu dia merasa atasannya menagih targetnya. Namun berbeda dengan karyawan yang kedua. Justru karyawan kedua semakin termotivasi, sebab dia berpikir bahwa atasannya sedang memberi semangat kepada dirinya karena sudah hampir mencapai target.

Memang dalam ilustrasi tersebut sang pemimpin hanya berkata-kata melalui tulisan, sehingga tidak ada nada bicara yang terdengar oleh kedua orang karyawannya itu. Tetapi melalui hal ini kita dapat melihat bahwa keadaan orang lain bisa berbeda saat menerima berbagai ucapan dari mulut kita. Maka dari itu, sebagai orang Kristen, kita dituntut untuk menanggapi segala pembicaraan kita dengan penuh kasih, sehingga kita tidak salah saat memberi jawaban pada orang lain.

Sebagai orang Kristen, hendaklah kita memiliki cara berbicara yang berbeda dengan orang dunia, yaitu dengan adanya kasih dalam setiap ucapan kita. Memang tidak mudah, namun itu bisa kita lakukan, asal kita selalu sadar identitas diri kita sebagai anak Tuhan.


“Setiap ucapan yang keluar dari mulut kita selalu mencerminkan isi hati kita.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar