Rabu, 13 Agustus 2014

Tuhan (sebenarnya) Tidak Punya Kewajiban



Ada seorang penjual alat elektronika, dia menerima pesanan untuk pembuatan segala macam elektronika. Lalu ada seorang pembeli yang memesan untuk dibuatkan TV. akhirnya dengan biaya tertentu, terjadilah transaksi di antara keduanya. Lalu di lain pihak, sang penjual ini sedang berkunjung ke rumah temannya, dia melihat bahwa TV di rumah temannya ini sudah kuno, akhirnya dia berinisiatif untuk memberikan TV kepada temannya ini secara cuma-cuma. Singkat cerita, maka TV buatan penjual alat elektronika ini dipakai oleh kedua orang tersebut dengan sangat berhati-hati dan dirawat dengan baik, karena mereka menyayangi TV tersebut.

Setelah lewat beberapa bulan, tiba-tiba terjadi trouble pada TV kedua orang ini. Tentu saja sang pembeli marah dan melakukan protes kepada sang penjual. Dia meminta garansi, tanggung jawab, ganti baru, dan sebagainya. Tentu saja pembeli ini marah, sebab dia merasa sudah membayar dengan biaya yang sesuai dan juga sudah merawatnya, namun kualitasnya tidak sebagus yang dia harapkan. Tetapi di sisi lain, teman dari penjual ini mengalami hal yang sama, dia kecewa karena TV nya tiba-tiba trouble. Namun sikap berbeda ditunjukkan oleh temannya ini, dia hanya meminta tolong pada sang penjual untuk melihat permasalahan pada TV nya, dan dia hanya berharap agar temannya mampu memperbaikinya. Hal ini disebabkan karena temannya ini merasa tidak memiliki hak untuk meminta garansi.

Dari cerita singkat di atas, sebenarnya ada yang menggambarkan hubungan kita dengan Tuhan. Kita menerima kehidupan, penebusan, dan jaminan hidup yang penuh pengharapan secara cuma-cuma dari Tuhan. Jadi seharusnya kita memiliki hubungan seperti seorang penjual tersebut kepada temannya. Namun yang seringkali terjadi justru sebaliknya, saat ada suatu hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita, kita justru protes, minta garansi keadaan yang lebih baik kepada Tuhan. Sebab kita merasa sudah melakukan kebaikan dan sudah melakukan kehendak Tuhan, namun masih mendapat hal yang buruk.

Melihat hal ini, seakan-akan kita merasa bahwa Tuhan memiliki kewajiban untuk menjamin kehidupan yang layak, padahal kita dari awal Tuhan memberikannya kepada kita secara cuma-cuma. Maka bila dilihat dari hubungan penjual-pembeli, justru kita hanya bisa berterima kasih dan bersyukur, sebab kita tidak memiliki hak untuk protes dan meminta garansi. Namun Tuhan bukanlah penjual yang seperti umumnya ada di dunia ini. Meskipun Tuhan memberikan kehidupan secara cuma-cuma, namun Dia tetap totalitas dan menjamin kehidupan kita asalkan kita mau hidup dengan iman.

Efesus 2:8-9
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Janji Tuhan pasti akan ditepati, kasih karunia akan selalu hadir dalam hidup setiap orang beriman. Hiduplah oleh iman percaya kepada Tuhan, maka Tuhan akan menjamin kehidupanmu.

"Tuhan tidak berkewajiban membalas kebaikan dan kereligiusan kita, semua adalah kasih karunia-Nya"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar